Dari awal aku memang sudah hidup dalam mimpi, tak pernah sedikitpun aku merasakan betapa indah nya kenyataan yang aku hadapi, bahkan ketika memulai untuk tersenyum kepada mu pun aku selalu merasa menjadi orang yang selalu mengutuk dunia.
Sekeras apa pun aku menginginkan malam abadi, nyatanya pagi akan datang juga, dan matahari pun akan terus menemukan ku dimana pun aku bersembunyi.
Aku tidak lagi merindukan senja, tidak lagi merindukan hujan, yang rindukan saat ini adalah malam yang begitu panjang, malam yang akan membuat ku berkelana dalam mimpi, malam yang menjadikan hidup ku lebih bahagia, malam yang tidak ada lagi rasa sakit yang terus menghantui ku, dan malam yang akan selalu membuat ku tersenyum kepada mu.
Dimana aku harus menemukan langit gelap tanpa matahari yang selalu saja membuat ku terluka?
Nyata nya aku hanya akan tetap hidup dalam luka luka yang kamu buat , serpihan serpihan kenangan yang sudah hancur pun masih saja menancap di hati, walau terkadang aku berusaha menyingkirkan nya, namun hati ini malah semakin terluka.
Aku tidak menyalahkan mu, aku juga tidak pernah membenci mu, hanya saja aku selalu berusaha keras untuk menunggu mu dalam bayang bayang kosong yang akan aku tulis ulang dengan tinta hitamku, berharap aku masih layak untuk mendapat kabar dari mu, mendoakan mu, dan membuat mu tersenyum sekali lagi.
Karena aku tahu, aku tidak bisa sedikit pun menjadi orang yang benar benar berguna, aku tahu, aku hanya akan menjadi bayang bayang rasa takut mu serta keraguan yang terus berputar putar di kepalamu, ketika aku tak sedikit pun bisa meyakin kan dan menguat kan mu.
Dan maap....
Aku hanya bisa hidup dalam mimpi itu.
Jangan pernah membenci mentari karena di waktu itu kamu bisa mewujudkan semua mimpi
aku tak benci mentari, namun aku benci ketika aku sudah nyaman oleh sinar nya kemudian dia pergi dan redup meninggal kan ku sendirian dalam kegelapan